Melahirkan Kembali Umar Bin Khattab
‘Melahirkan Kembali’ Sosok
Umar
“Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya, bila engkau
persiapkannya (ibu) dengan baik, maka engkau telah mempersiapkan bangsa yang
baik dan kuat.”
Setiap wanita, suatu saat pasti bercita-cita untuk menjadi
ibu, yang berbeda adalah
cara mereka mempersiapkan diri untuk amanah mulia tersebut. Pun setiap ibu
pasti menginginkan anak-anak yang saleh dan salehah, yang membedakan adalah
proses yang ditempuh untuk mencetak generasi tersebut.
Melahirkan generasi yang saleh semestinya dimulai dari kedua orangtua yang juga saleh & salehah.
Tujuan tersebut tidak bisa dicapai secara instan, atau hanya sekedar
niat, diperlukan ikhtiar
yang merupakan proses dari persiapan untuk generasi tersebut.
Menjadi ibu adalah
fitrah setiap wanita, amanah dan tanggung jawabnya setimpal dengan pahala yang
Allah janjikan. Ibu memiliki peran besar dalam pembentukan watak, karakter
dan kepribadian anak-anaknya. Ibu adalah sekolah pertama dan utama sebelum si
kecil mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Sederhananya, ibu bertugas
membangun kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak.
Berbicara tentang generasi, saya pun memiliki harapan
dalam membangunnya. Sosok Umar bin Khattab menginspirasi saya dalam perumusan
konsep pendidikan untuk si kecil, saya tidak mungkin melahirkan Umar kembali,
tapi saya akan berusaha membentuk karakter Umar pada si kecil kelak.
Siapa yang tak kenal Umar Bin Khattab, pemuka Quraisy dari
Suku Adi yang jahiliyahnya sangat memusuhi Rasulullah Saw. Dalam diskusi, pendapatnya
selalu membuat pemuka-pemuka Quraisy bangga memiliki anak muda yang berani dan
idealis. di masa jahiliyahnya, umar tegas membela kehormatan keluarganya bahkan
tegas menegakkan keadilan bagi Bani Adi tanpa pandang bulu. Di masa Islamnya,
Umar adalah sosok yang tegas dalam membela agama, Umar berjanji untuk menjadi
orang pertama yang menghunuskan pedang bagi siapa saja yang menghina Rasulullah
Saw.
“Ummatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar,
dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah
Umar” (HR. Tirmidzi dalam Al-Manaqib no 3791)
Saya tidak begitu
kenal sosok Al-Faruq ini, tapi saya terus belajar mengenalnya demi generasi
yang akan saya bangun nanti. Saya yakin, ini hanya sebagian kecil karakter Umar
yang saya kenal.
Pemimpin
yang tegas dan menghargai orang lain; Laki-laki
diciptakan sebagai calon pemimpin. Umar adalah pemimpin yang tidak hanya
bermuara pada jabatan, melainkan pemimpin yang kuat iman dan takwanya. Gaya
kepemimpinan Umar membuat saya ingin menerapkan banyak hal terhadap anak saya
kelak. Dalam perkara besar,
umar senantiasa musyawarah dengan para sahabat Rasulullah Saw. meskipun ia tahu
solusinya. Sikap ini menunjukkan bahwa Umar sangat menghargai para sahabat, dan
ia menjadikan mereka merasa berharga di mata Umar. Karakter
seperti ini dapat kita tanamkan pada diri anak dengan membangun komunikasi yang baik dan
menjadikan anak mampu terbuka terhadap kita. Melalui komunikasi, kita mampu
berdiskusi mengenai permasalahan yang terjadi.
Pekerja keras dan bertanggung jawab; Seorang
laki-laki
memiliki tanggung jawab terhadap 4 wanita; ibu,
istri, anak perempuan dan saudara perempuan. Bertanggung jawab bukan hanya
dinilai dari segi material, namun dalam segala aspek. Sosok Umar menjadikan
kerja sebagai bentuk ibadah tertinggi. Tentu dalam hal ini
terdapat etos kerja islam yang mesti kita teladani. Pernah suatu ketika, tatkala Umar dan asistennya
berpatroli malam, di suatu gubuk tak berpintu ia melihat 3 orang anak duduk
menatap kosong ibunya yang sedang memasak sesuatu. Umar mendekat dan menyapa ibu tersebut lalu
bertanya, “apa yang Engkau masak di tengah malam begini, tidakkah kau dapat
menyajikan makanan lebih awal lagi?” Ibu tersebut menjawab, “Tidak ada
seorang ibupun yang ingin anaknya tersiksa, tapi apa daya aku tidak memiliki
apa-apa untuk diberikan, aku hanya merebus batu agar mereka mengira aku memasak
makanan, hingga mereka lelah dan tertidur.” Umar izin dan pulang
meninggalkannya, ia ke gudang milik pemerintah lalu memikul sekarung gandum. “Wahai
Amirul Mukminin, biar aku yang membawakannya.” Umar menjawab, “Ini
adalah tanggung jawabku, apakah Engkau yang akan menanggung semua dosa-dosaku
kelak di hari kiamat?” Dari kisah ini, saya mengenal sosok Umar yang sangat
bertanggung jawab.
Berbicara
tentang sosok Umar seakan tak pernah habisnya, kekaguman akan sahabat
Rasulullah Saw. tersebut hadir dalam konsep-konsep pendidikan yang ingin saya terapkan
pada si kecil. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya tumbuh sebaik Umar.
Maka, saya harus sadar bahwa konsep dapat terealisasikan jika komponen
pembentuknya memiliki kompetensi yang memadai. Saya, akan terus belajar untuk dapat
‘melahirkan kembali’ sosok Umar Bin Khattab r.a.
Comments
Post a Comment