Bagaimana kita di pertemukan?
#cielialukman (part 2)
Benar adanya jika
setiap pertemuan bukanlah sebuah kebetulan
Bahwa setiap
pertemuan bukanlah sebuah ketidaksengajaan
Kita saja yang kadang
terlalu lama menyadari
Bahwa dalam setiap
pertemuan, setiap itu juga kita belajar.
Sama seperti halnya bertemu jodoh, untuk menjawab bahwa
pertemuan kita ini adalah “jodoh” butuh hari-hari yang mengajarkan kita pada
banyak hal serta hikmah dalam setiap liku perjalanan. Akhirnya, kita tau bahwa
jodoh itu “dekat”. Sedekat saat kita yang ikhlas pada setiap kesedihan dan rasa
sakit yang menimpa.
Sedekat doa, yang kini Allah tunjukkan bahwa kaulah
jawabannya “Lukmanul Hakim”.
“Mas Lukman” begitu aku memanggilnya sesaat setelah menikah.
Butuh pembiasaan yang lama untuk mengubah panggilan yang awalnya memanggil “Ustad Lukman”. Iya! Kami sudah saling tau sejak 2016. Hanya tau, tidak kenal. Sangat
jarang kami berkomunikasi, yang aku tau dia adalah guru baru sepertiku di
sekolah tempat aku mengajar.
Tidak pernah terbesit sedikitpun tentang menikah
dalam waktu dekat dan masih kuliah, apalagi membayangkan menikah dengan Mas Lukman. Tidak pernah! Tapi, siapa sangka bahwa akhirnya ialah suamiku saat ini.
Itulah mengapa jodoh itu “dekat”.
Februari 2017
Aku sedikit bisa membaca sedikit
kepribadiannya. Pasalnya, kita sama-sama menjadi panitia milad sekolah yang ke
3. Merasa klop dan cocok bekerja sama dengan Mas Lukman. Disitulah aku tau, dia
laki-laki yang penuh tanggung jawab. Selain itu, kami juga bertemu dalam satu
pekerjaan yang membuat kami harus sering berbagi ide. Aku yang diberi amanah
menjadi redaktur pelaksana terbitnya majalah sekolah, butuh teman diskusi yang
juga paham dengan hal yang berbau jurnalistik. Mas Lukman yang menjabat editor,
lagi-lagi membuat aku merasa klop dalam satu tim, seperti menemukan teman yang
satu hoby dan satu pemikiran.
Belum lagi saat Mas Lukman di beri job untuk membuat audio
tentang sekolah. Sebagai programer yang masih abal-abal (karena baru pertama
kali bikin rekaman) Mas Lukman meminta aku sebagai pengisi suara. Well, sebagai
penyiar yang masih abal-abal juga ternyata suaraku cukup cocok suaranya menjadi vocal
audio rekaman.
Waktu itu, kami begitu banyak terlibat dalam partner kerja,
dan dengan hasil yang cukup memuaskan saat melihat majalah dan rekaman audio
yang sudah jadi, kami saling tersenyum dari kejauhan. Setelah itu, kami bukan
lagi partner kerja.
Pertemuan kami sederhana, selanjutnya atas doa yang kami
panjatkan Allah pertemukan kami kembali untuk tidak sekedar menjadi partner
kerja, tetapi partner untuk memiliki
kehidupan selamanya, dan bersama berdua.
Maret 2017
Mas Lukman meminta izin untuk datang bertemu
orangtua ku di madura, itu dia lakukan setelah meminta izin pada ibunya untuk
berniat serius dengan perempuan madura ini. Cukup berliku untuk memantapkan
hati, hari-hari ku yang harus selesai dengan sebuah masa lalu kadang datang
mengganggu untuk meragukan hati.
Tapi aku tau, aku punya Allah. Berdiskusi
dengan Allah untuk menetapkan jawaban yang aku harus menentukan hidupku
selamanya, bahkan ketakutan-ketakutan yang lain juga membuatku tidak tegas.
Pada saat itu, aku hanya berharap bahwa Allah memberi kemudahan. Kemudahan atas
keyakinan perasaanku, kemudahan dari pihak keluarga dan juga instansi sekoalah.
Benar adanya, semua kemudahan itu datang. Tanpa butuh waktu
lama, ramadhan 2017 mas lukman datang melamar menemui orangtuaku. Saat itu
juga, kami memutuskan untuk menikah di tanggal 3 September 2017. (ciee nikah :D)
Sumatra & Madura, bukanlah jarak yang bisa ditempuh
dengan selangkah dua langah. Tetapi, atas ridho kedua orang tua kami, semua
menjadi mudah. Allah pun memiliki banyak kejutan bagi kami, selalu ada jalan
kemudahan dalam persiapan pernikahan kami tanpa melalaikan tugas di sela ujian
kuliah dan pekerjaan.
Itulah jodoh, selalu dekat. Dekat dengan kebaikan dan
kemudahan.
3 September 2017.
Mendengar Mas Lukman mengucapkan ijab qobul, menggetarkan
hatiku, menyesakkan dadaku bahwa aku merasa bersyukur di sandingkan dengannya.
Laki-laki yang begitu mencintai keluarganya, mencintai agamanya dan juga cinta
akan kebaikan. Laki-laki dengan segenap kesabaran dan usahanya agar aku selalu
menjadi perempuan yang bersyukur dan bahagia.
Mas Lukman, terimakasih sudah menjemputku dengan cara yang
begitu indah.
Terimakasih telah menggenggam tanganku untuk terus melangkah pada
kebaikan untuk menjemput cintaNya.
Aku mencintaimu :*
Ikut terharu, ikut bahagia*tisu mana tisu ><
ReplyDeleteLong last yaa, Lia. Semoga Allah limpahkan keberkahan atas rumah tangga kalian :)
Salam kangen dari Madura ^^
duh...itu ternyta ada kata yg double dalam satu kalimat. wkwk maafkan tulisan yang masih abal abal.
ReplyDeletesemoga mb chopi jugaa segera bertemu sang imam..
aku doakan selalu