Kacamata Kebaikan

Kenapa terlalu rumit memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan?

Jika nyatanya masih banyak diantara jutaan manusia yang memiliki kemuliaan hati.

Kadang, kita saja yang melihat kebaikan terlalu sempit
hingga hilang sebuah kepercayaan akan indahnya memiliki hati yang luas akan kebaikan

beberapa hari yang lalu, hujan pagi menjebakku di sebuah masjid kecil sebelah terminal. Sendiri menatap rintik hujan yang tak kunjung reda, tiba-tiba seorang perempuan berjilbab merah datang menyapaku. “hujannya dari semalem ga reda mbak, lagi nunggu jemputan ya?” pertanyaan pertamanya seolah sudah tau bahwa aku sedang duduk menunggu hujan reda, entah dia hanya menerka atau memang sudah lama memperhatikan aku. Aku hanya tesenyum tipis. Dia bercerita lagi “ibu saya sakit mbak di Surabaya, saya harus pulang. Tapi tadi malam dari bus purwokerto menuju jogja, saya kehilangan dompet. Alhamdulillah hp saya masih ada. Saya tidur d masjid ini, karena gatau mau pulang ke Surabaya pake uang apa” aku mulai menoleh ke arahnya, ada perasaan yang bercampur aduk. Entah takut, kasihan, atau ingin segera pergi dari tempat ini. “mbak mahasiswa atau sudah kerja?” dia bertanya karena sedari tadi aku diam tanpa kata. “kuliah mbak” aku menjawab singkat. “saya mau jual hp mbak, mbak tau gak dimana tempatnya? Saya harus pulang 3 hari buat jenguk ibu saya” wajahnya terlihat menyedihkan.

Iya! Itu fenomena pagi yang ku temui. dan untuk pertama kalinya aku berkecamuk dengan batin “lia, kenapa kamu ragu untuk menolong wanita ini?”

Sejatinya sebagai seorang muslim, kita tau bahwa alquran mengajarkan kita untuk selalu menolong saudaranya. “dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (Al-Ma’idah: 2)
bukankah tidak pernah ada kerugian saat kita masih mampu melakukan kebaikan, terlebih kebaikan itu akan kembali pada kita juga. “jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian itu untuk dirimu sendiri” (Al-Isra’ : 7)

kalau di telaah dalam ilmu psikologi, kita mengenal ada istilah yang dinamakan “altruism”dimana altruisme merupakan sebuah perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain. Sebuah tindakan suka rela yang dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain tanpa mengharap pamrih. kaitannya dengan islam bahwasanya kita diajarkan menerapkan konsep ikhlas.

Wanita itu masih duduk terdiam, sedang aku dalam keadaan dilema. Bisa saja aku beralasan untuk pergi lalu melupakan wanita itu. Tapi disisi lain, seandainya benar adanya bahwa ia harus pulang karena ibunya sakit, aku tau itu tidak akan menenangkan perasanku. Itu saja!

Wanita itu beranjak dari tempat duduknya, mohon pamit ingin menjual hp nya. Aku semakin merasa bersalah. Perasaan macam apa ini! Tanpa pikir panjang lagi, dan hanya karena mengikuti kata hati yang aku selalu yakin, bahwa rizki Allah itu luas. Aku memberikan uang yang aku rasa itu cukup untuk perjalanan dia. Wanita itu menolak, tapi lama lama ia meminta no hp ku. Janjinya, 3 hari setelah ia kembali, ia akan datang untuk menghubungiku. Aku tersenyum, ketenangan itu juga kurasakan. Lalu apa ada yang salah ?

Selang 3 hari berlalu, ternyata benar. Akhirnya aku tau, kabar itu tidak ada. Wanita itu menghilang tanpa ada sedikitpun kabar. Yasudah! Tidak perlu menyesali apapun jika itu kebaikan. Tapi aku juga belajar, bahwa ternyata masih ada orang yang melihat bahwa kebaikan itu sempit hingga tercipta sebuah perilaku apapaun itu demi mencapai sebuah tujuan. Lalu, tidakkah kita belajar memiliki hati yang luas? Hingga tak ada sekat dalam melakukan kebaikan.

Tiba tiba, seorang mendatangiku dan berkata “jangan mengira semua makhluk di muka bumi ini memiliki hati yang luas, jangan membiarkan kebaikanmu menjadi peluang kebohongan orang lain, semoga Allah menjagamu selalu karena aku belum di izinkan untuk menemanimu”

Yogyakarta, 11 Januari 2017
Saat itu, terminal pagi bersama gerimis sendu.



Comments

Popular posts from this blog

Teori Uses And Gratification

Cara Menjaga Konsentrasi Dalam Menghafal Al-Qur’an

MADURA, I AM IN LOVE: MADURA DI MASA DEPAN