Dia, Pria di Sebrang Pulau
Apa yang kau katakan, jika ada seorang pria yang dengan ketulusan hati datang mengetuk hatimu?
Apa yang kau lakukan, jika pria itu berani mengambil langkah kedepan untuk meyakinkan orang tuamu?
Apa lagi yang akan kau jadikan alasan, jika sudah bertahun tahun ternyata pria Itu rela menunggu karena dia tau prinsipmu tidak akan pacaran?
Selama ini, kau tak pernah mau menoleh padanya, maka kau memutuskan untuk pergi jauh. Berharap pria ini akan menemukan wanita yang jauh lebih baik darimu.
Kau tak mau tau sedikitpun apa yang menjadi beban perasaannya, maka kau tak pernah hiraukan setiap ucapannya di social media. Kau selalu berpura pura tidak tau kalau pria itu selalu membaca dan menyukai tulisanmu.
Kau hanya egois karena kau tak mencintainya. Yang kau tau, kau harus bahagia tanpa memikirkan kebahagiaan orang lain. Padahal kau tau bagaimana rasanya cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Bukankah cinta itu fitrah? Bukankah tak menjadi masalah jika dia mencintaimu? Jika memang perasaanmu tak sejalan dengan perasaannya, maka kau hanya datang untuk jujur dan mengatakannya dengan tegas. Bukan berlari, tapi kali ini kau melakukan kesalahan. kau justru selalu memalingkan muka pada pria yang selalu menunggu di belakangmu, diam tanpa member ketegasan apa apa. Kau tidak pernah tau bahwa pria itu selalu berharap agar kau mau menoleh sedikit untuk melihat betapa ia benar benar ingin ada untuk menjagamu.
Lalu, kau sendiri sedang apa? Apa yang menyibukkan hatimu hingga tak memperdulikan pria yang berdiri tepat di belakangmu? Ternyata kau pun mengalami masalah yang sama. Ada di belakang pria yang tak pernah mau menolehmu. Kau mencintai pria lain yang ada tepat di depanmu. Tapi kau lebih memilih diam, menyembunyikan semua perasaan yang berujung semu.
Begitulah, kadang cinta memang seperti rantai. Yang a mencintai b, yang b mencintai c. padahal kalau saja ada satu yang mau menoleh ke belakang, rantai itu akan putus. Hanya karena kau menyukai pria lain yang ia juga tak pernah menoleh padamu. Dan tepat di belakangmu, juga ada pria yang tak pernah mau memalingkan fokusnya dari mu.
Akhirnya, kau mulai berpikir. “memilih perasaanku?” atau “memilih perasaannya?”
Kaulah satu satunya orang yang mampu menjawab semua itu. Pemutusan rantai itu ada di tanganmu. Kau yang akan memutuskan bahagia, maka pilihlah yang mana yang membahagiakan. Pilihlah laki laki yang lebih berani memilihmu di depan kedua orangtuamu. Pilihlah laki laki yang membuatmu tenang, agar kau tak perlu banyak bertanya tentang sebuah kekhawatiran dan keraguan. Pilihlah dengan hati yang tenang dan lapang, karena Allah akan menuntun hatimu.
Entahlah, wahai kau…pria di sebrang sana. Trimakasih telah sejauh dan selama ini. Maafkan wanita yang tak pernah bisa menoleh padamu.
Jika Allah pilihkan wanita itu untukmu, maka benar adanya bahwa kaulah pria yang akan menuntun wanita itu ke syurga. Karena tetap saja, pilihan terbaik adalah menurut Allah.
Belum tentu sebaik apapun yang kita pilih itu baik untuk kita, dan bisa jadi yang menurut kita itu buruk, itulah yang terbaik di mata Allah.
_15 November 2015
Unires UMY, Lt 3
Untuk kisah kalian yang masih berantai, semoga kau lekas melepaskan dan menemukan.
Comments
Post a Comment