Rindu ini, Milik siapa?


Seperti hujan yang bisa datang kapan saja, membasahi tanah bumi dengan aroma khas nya. siapa yang tau hujan itu akan turun? Kita hanya bisa menebak saat melihat  kelabunya langit karena awan hitam. Mungkin ada yang mengharapkan, atau bahkan ada yang juga tak menginginkan hujan itu turun. Tapi kita bisa apa? Saat rintiknya mulai turun, kita masih bisa berlari menerobos dan  mencari tempat berteduh. Namun  tetap saja,  hujan bukan lagi sebuah rintik air yang bisa di hitung. Lama lama ia berubah menjadi hujan yang deras,dan kita tak mampu berlari. Pilihan terakhir adalah diam menunggunya reda.

Sama seperti rindu, yang bisa datang kapan saja, dan pada siapa saja. Tak ada yang bisa menebak kapan rindu itu datang. Tiba tiba sebuah perasaan hanya memikirkannya bahkan mengharap kehadirannya, berusaha menepis namun tak juga berhasil, mencari  cari obat terampuh penawar rindu, namun tak juga di temukan. Lalu kita bisa apa? Awalnya, mungkin rindu ini hanya sesaat, dan seketika itu kita masih bisa berusaha lari dengan mendekatkan diri pada ilahi, melantunkan ayat suci agar menenangkan hati.

Tapi inilah rindu. Rindu bukanlah perasaan yang dapat di deskripsikan. lama lama pertahanan hati untuk menepis sebuah rindu juga runtuh. Jari manis kita mencoba mencari cara terampuh  dengan memainkan tombol HP dan mencari cari namanya di akun sosial media.  mencari akun whatsapp nya hanya untuk melihat kapan terakhir ia membuka, mencari ID line nya hanya untuk melihat apa yang ia tulis terakhir kali. Belum lagi facebook, twitter atau instagramnya. Tapi sayang sekali, kalaupun yang di rindukan bukan lah orang yang aktif di social media, maka keinginan untuk mengetahui kabarnya tanpa bertanya langsung, nyaris gagal. 
Ya begitulah kalau merindukan seseorang yang belum halal untuk kita, butuh pertahanan hati yang kuat supaya tidak salah langkah. Karena seorang wanita bukanlah seseorang yang pandai berkata jujur, bahkan  pilihan terakhir bisa jadi  hanya diam dan memendam nya saja. Bertanya tanya tentang sebuah rindu yang tak seharusnya datang mengganggu kita.

Lalu, ada pertanyaan yang terbesit dalam diam. Rindu ini milik siapa? Aku, dia, atau kita?kalau ini hanya rinduku, cukup saja aku akhiri dengan diam. Kalau rindu itu milikmu, maka simpan saja aku dalam doamu, dan kalau rindu ini milik kita, semoga Allah akan menjawab  rindu yang sudah terpupuk ini. Sehingga tidak ada lagi rahasia rindu yang sangat mengganggu.

Maka, sederhana sekali. cukuplah serahkan hati kita pada Allah, sang maha cinta yang mengetahui isi hati kita. Jangan sampai kerinduan padanya membuat kita semakin jauh denganNya. Sibukkan hari kita untuk menjadi wanita yang selalu cantik hatinya, dekatkan hati kita untuk selalu berdzikir padaNya, karena pada akhirnya, ending terindah adalah ketika Allah sudah mempersatukan hati kita dan hatinya.

Jangan risau! Karena rindu ini akan terjawab. Jangan gelisah, karena nantinya hujan tak akan sederas kemarin. Selagi hujan belum berhenti, mari bersama sama untuk menunggunya dengan mensholihkan pribadi kita. Hingga nantinya akan datang seorang pria yang menjemput kita dengan sebuah payung pernikahan. Berjalan bersama, menggenggam erat janji kehidupan, dan  itulah jawaban atas rindumu selama ini.

Selamat! Semoga rindumu dan rinduku akan cepat terjawab olehNya.

19 september 2015
Di sudut ruang bersama kerinduan.
@liakauline



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Uses And Gratification

Cara Menjaga Konsentrasi Dalam Menghafal Al-Qur’an

MADURA, I AM IN LOVE: MADURA DI MASA DEPAN