~Pria Sepotong Senja
Sejenak aku menatap foto itu, cahaya temaram dengan mega merah yang cantik. Itulah Sepotong senja yang pernah ku potret. Sudah lama aku menyukai senja, tapi aku tak memiliki banyak alasan untuk menyukainya. Cukup karna nampak indah juga romantis.
Lalu nampak di sudut sana seorang pria yang juga menatap senja. Siapa pria itu? Aku hanya mampu menatap nya dari samping. Jarak kami terlalu jauh untuk melihat lebih dekat. Bukan, ini bukan masalah jarak yang menjadi pembatas kami. Bisa saja kami berdua saling berlari dan bertemu di titik tengah yang kami inginkan. Tapi ini masalah penantian, Allah sedang menjaga hati kami untuk bersabar hingga menemukan garis halal. Sama seperti aku yang selalu sabar menunggu kedatangan senja. Dan ia juga pria yang memahami ini. Dia, pria yang sabar menanti jawaban Allah.
Senja sudah mulai hilang, cahaya lampu menyinari malam malam yang kelam. Harusnya aku lebih jelas menatap pria itu, harusnya pria itu bisa berjalan menghampiriku. Tapi mengapa ia diam, dan tak menoleh sedikitpun? Padahal dia tidak buta. Bukan, sekali lagi ini bukan karena masalah buta. Tapi bukankah allah mengajarkan pada kita semua bahwa sejatinya kita harus bisa menundukkan pandangan. Pria itu membuatku kembali membuka peta, bukan membuatku berharap dan diam menunggu. Kau tau apa peta itu? Peta itu bernama "memantaskan diri". Perjalan menuju ridho Allah, adalah dengan mempercantik akhlaq kami. Dia, pria yang romantis dalam menemukan jalannya bersama ku.
Pria itu, memiliki sisi romantis seperti senja. Sekali lagi, aku di buatnya jatuh cinta 💝
Untukmu, pria sepotong senja.
Kelak Allah mempersatukan kita, maka tak ada lagi jarak dalam menatap indahnya senja. Kau bisa berada dekat disampingku, tersenyum manis bahwa akulah teman hidupmu.
°26,05,15
Dalam ruang rindu,
Dan doa syahdu untukmu.
Lalu nampak di sudut sana seorang pria yang juga menatap senja. Siapa pria itu? Aku hanya mampu menatap nya dari samping. Jarak kami terlalu jauh untuk melihat lebih dekat. Bukan, ini bukan masalah jarak yang menjadi pembatas kami. Bisa saja kami berdua saling berlari dan bertemu di titik tengah yang kami inginkan. Tapi ini masalah penantian, Allah sedang menjaga hati kami untuk bersabar hingga menemukan garis halal. Sama seperti aku yang selalu sabar menunggu kedatangan senja. Dan ia juga pria yang memahami ini. Dia, pria yang sabar menanti jawaban Allah.
Senja sudah mulai hilang, cahaya lampu menyinari malam malam yang kelam. Harusnya aku lebih jelas menatap pria itu, harusnya pria itu bisa berjalan menghampiriku. Tapi mengapa ia diam, dan tak menoleh sedikitpun? Padahal dia tidak buta. Bukan, sekali lagi ini bukan karena masalah buta. Tapi bukankah allah mengajarkan pada kita semua bahwa sejatinya kita harus bisa menundukkan pandangan. Pria itu membuatku kembali membuka peta, bukan membuatku berharap dan diam menunggu. Kau tau apa peta itu? Peta itu bernama "memantaskan diri". Perjalan menuju ridho Allah, adalah dengan mempercantik akhlaq kami. Dia, pria yang romantis dalam menemukan jalannya bersama ku.
Pria itu, memiliki sisi romantis seperti senja. Sekali lagi, aku di buatnya jatuh cinta 💝
Untukmu, pria sepotong senja.
Kelak Allah mempersatukan kita, maka tak ada lagi jarak dalam menatap indahnya senja. Kau bisa berada dekat disampingku, tersenyum manis bahwa akulah teman hidupmu.
°26,05,15
Dalam ruang rindu,
Dan doa syahdu untukmu.
Comments
Post a Comment