Tuhan...boleh aku cemburu?
Tuhan,boleh
aku cemburu?
Semilir
angin malam begitu terasa. Dinginnya membuatku enggan membuka mata, aku memilih
bersembunyi dalam bilik selimut.
Menenangkan hati yang sedang kalut dalam kegelisahan. Ada apa ini? mulutku
bungkam tak dapat berkata. Ada hati yang tiba-tiba ingin memberontak, namun
mataku terpejam, diam dalam amarah.
Tuhan…bukankah
kau tau bahwa hatiku tertaut pada satu makhluk adam yang kau ciptakan itu?
Tapi aku bisa apa? Aku hanya melukis
namanya lewat sajak rima yang tak pernah ada titik akhirnya. Tanpa aku harus
berkata, rasa ini tak pernah memiliki arti yang berbeda. Tapi sekarang aku
ingin marah, melontarkan berbagai kata di hadapannya. Entah karena apa, itu
sangat menyayat hati, memusnahkan kelembutan hatiku setiap mengucap namanya.
Tuhan…boleh
aku cemburu? Ada satu hal yang tak pernah bisa aku ungkapkan walau pada titik
prolog. Gurat wajahku tak lagi ingin tersenyum walau wajah teduhnya muncul di
hadapanku. Aku ingin berbicara, tapi mulutku bungkam dalam tiap jengkal kata
yang ingin ku katakan.
Tapi sekali
lagi aku bertanya, siapa aku? Bolehkah aku menaruh rasa cemburu pada
makhluk-MU yang membuat mataku tak bisa
menoleh kearah yang lain. Pantaskah aku mencemburuinya? Aku membuka mata,
melepaskan selimut yang menjadi penghangat dalam dinginnya hembusan angin. Aku
bersujud padamu, aku memohon agar kau kembali menenangkan hatiku, menghilangkan
segala pikiran itu dari otakku.
Maafkan aku
tuhan…aku tak ingin menangis, tapi aku begitu menyayanginya hingga air mataku
ruah, merasakan betapa kejamnya penyakit bernama cemburu itu. Dan sekarang aku
merasa bodoh, menyakiti perasaan ku sendiri dengan semua kata semu itu, tapi
aku tak akan pernah membiarkan mataku menjadi buta hanya karena sebuah rasa,
aku tak ingin lagi mengambil langkah dalam harap yang tak pasti. Mungkin aku
sedang cemburu, namun aku bukan jatuh terpuruk tak berdaya. Aku hanya ingin
melepas rasa pada titik pena yang mungkin membuatku lebih sederhana dalam
mengartikan cinta.
Comments
Post a Comment