ALLAH....aku sayang dia

Aku tidak tau dari mana harus memulai. Aku hanya menggerakkan jariku, menulis apa yang menjadi  keadaan saat ini.mungkin karena aku begitu susah untuk berucap, cukup lewat kata yang menjadi saksi hatiku saja.
Kalau disuruh mencerna perasaan, aku tidak tau ini namanya apa. Tapi kehadirannya selalu mendamaikan hati. Tidak peduli ia datang untuk apa dan siapa, melihatnya saja aku sudah tenang. Aku tak perlu banyak bertanya dia dimana, aku tak perlu risau tentang kegiatannya. karena selama ini mataku masih indah melihatnya.
dia selalu bilang aku alay setiap aku menulis sebuah sajak. Dia selalu acuh setiap aku memberikan sebuah tulisan. Karena kita memang berbeda, aku mencintai sastra dan dia tidak. Aku menyukai setiap kata kata indah, karena menurut aku itu terlihat lebih menarik dan aku selalu jujur atas hatiku lewat bait-bait yang ku tulis. Tapi rasanya sakit sekali menuliskan sajak untuknya, dan semua hanya berbalas  diam. Tapi tak apa, aku cukup mengerti tentang sebuah perbedaan.
Dia tidak banyak berbicara, tapi dia cukup pandai menganalisa suatu permasalahan, dia lebih banyak memilih diam sebagai jalan penenang. Dia santai dan supel. Berbeda dengan aku yang selalu suka bercerita, ingin di perhatikan bukan di diamkan bahkan aku terlalu berpikir panjang akan sebuah permasalahan. Dan dari kubu yang berbeda itu kadang terlihat sekali sebuah respon negative nya. Contoh kecil : ketika aku merasa marah, merasa tidak suka dengan hal yang dia lakukan, aku mencoba diam, tapi sebenarnya dalam diam itu aku merasa ingin dia bertanya. Bertanya mengapa aku diam dan menyuruhku bercerita. But nothing! Dia menyikapi aku sesuai karakternya. Dia membiarkan ku diam. Beda cerita jika kasus itu terjadi pada diri dia sendiri, aku bahkan tidak ingat bahwa dia memang sudah terbiasa mendiamkan dirinya, hingga aku selalu bertanya dan ingin mendengarkan dia bercerita. Aku membawanya kedalam sebuah karakter diriku sendiri. Dan sebenarnya yang harus di picu dari awal adalah bagaimana mengenali karakter dari masing masing “kita”.
Ah! Sudahlah, berbicara masalah perbedaan itu tidak akan selesai jika kita hanya melihat dari sisi negative nya saja. Melalui perbedaan harusnya kita lebih mengerti dan memahami. Karena sejatinya, lewat perbedaan itulah kita menemukan titik terang untuk saling melengkapi dan menyimpulkan bahwa perbedaan itu indah.

Allah,,,begitu kuat perasaan ini. Bahkan aku pun tak mempunyai alasan untuk menjelaskan semuanya. Dulu kuakui memang, aku merasa risih, aku merasa lelah dengan sikapnya. Aku pikir, semua akan selesai setelah aku berusaha bersikap cuek. Tapi selang waktu berjalan, aku lebih bisa mengenalinya, aku pun tau seperti apa dia. Dan aku luluh! Aku begitu meyakininya walau hari kemarin ia memberi dusta dan luka atas masa lalu itu.
Lalu bagaimana dengan aku? Aku sudah cukup menyelesaikan semua masa lalu ku dengan baik, aku sudah terbebas dari semuanya. Sekarang aku hanya menulis namanya di hatiku, aku bahkan tak ingin ada lelaki lain yang bisa menghapus namanya. Allah…aku sayang dia.
Suatu hari aku pernah bertanya pada dia “ikhlas itu gampang ga sich?” dia pun menjawab, “kalo dirasa sulit, semua bakal sulit tapi kalo kita jalanin dengan mudah, ya semua bakalan gampang”. Dan aku merasa sulit jika aku harus mengikhlaskan perasaan ku untuk laki-laki lain, aku merasa sulit jika aku harus mengikhlaskan dia memasangkan cincin di jari manis wanita selain aku, aku merasa sulit jika harus mengikhlaskan sebuah takdir yang tidak aku inginkan. Aku tidak mau itu
Tapi aku akan merasa mudah jika mengikhlaskan hati ku harus dimiliki oleh nya, aku merasa mudah jika aku harus mengikhlaskan semua tenaga ku untuk membantu meringankan lelahnya, aku merasa mudah jika aku harus mengikhlaskan semua umurku untuk menjadi istri tercinta nya. Aku ikhlas
Allah,,, aku sayang dia. Aku berharap semua perjalanan ini begitu mudah untuk mempertemukan kita pada garis halal dalam ijab qabul. Aku berharap semua mimpi yang pernah ku tulis bersamanya menjadi sebuah cerita indah bagi anak-anak ku nanti. Aku berharap semua waktu yang tersisa adalah hariku bersamanya, menatap lekat wajahnya hingga mataku terpejam dan kembali padaMU.
Tapi aku cukup bisa memaknai kehidupan ini, aku cukup mengerti apa itu sabar dan apa itu proses. Aku tidak akan lagi bertanya,apakah dia begitu yakin dengan ku? Apakah ia benar menyayangiku? Aku tidak ingin bertanya itu lagi, aku akan menemukan jawabannya suatu hari nanti. Ya! Semoga J


Comments

  1. amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn... eghem
    ciyeeeeeee :p

    ReplyDelete
  2. apakah ada yang salah dengan tulisan di atas?hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Uses And Gratification

Cara Menjaga Konsentrasi Dalam Menghafal Al-Qur’an

MADURA, I AM IN LOVE: MADURA DI MASA DEPAN